Sunday, April 20, 2008

Lunch

Jam 12 siang. Temperatur udara di luar ruangan yang cukup menyengat. Kira-kira 36 derajat celcius. Tiupan angin yang agak kencang di sertai debu beterbangan, ditambah perut yang bertalu-talu minta diisi, membuat keputusan kami bulat sudah, harus segera makan siang.

Tiga jenis sayur, lauk, buah, sweat dan minuman berkarbonasi terhidang di depan mata.

Setiap pasang mata tertuju pada hidangan pilihannya masing-masing. Dalam kerumunan dan keriuhan makan siang, biasanya diskusi selalu terjadi, tapi satu hal yang sama adalah topik yang dibahas, mengeluh bahkan mencaci maki pemerintahan negeri tercinta. Dari manapun awalannya diskusi itu bermula, ujungnya memaki. Di awali berita tertangkapnya tiga penari erotis di liputan6.com maka akan di akhiri dengan pernyataan payahnya penegakan hukum di negeri tercinta. Di awali dari kisah cinta remaja SMA diakhiri dengan payahnya departemen yang mengesahkan secara hukum negara pernikahan diam-diam karena adanya calo surat nikah. Diawali dari tendangan pojok pemain bola diakhiri dengan borosnya pemda mengeluarkan APBD untuk membiayai klub sepak bola sebuah kota.

Namun setelah sekian banyak topik dibahas, kali ini ada yang lain, pembicaraan diawali dari teman yang mendapat undian menyaksikan olimpiade 2008, dilanjutkan dengan potensi pemenang emas terbanyak, lalu diakhiri dengan berita politis tuntutan kemerdekaan tibet atas China. Teringat pernyataan seorang teman yang menyatakan Tibet sejak dulu, saat ini hingga nanti akan selalu menjadi bagain China. Benarkah?

No comments:

Post a Comment

You're welcome, drop your comments here...

Note: Only a member of this blog may post a comment.