Tuesday, July 15, 2008

Resignation

Saya teringat tahun 80-an, kira-kira usia sekolah dasar. Ketika beberapa teman yang tinggal di sebuah asrama pergi mengikuti kepindahan tugas ayahnya. Perasaan terputus pertemanan dengan beberapa orang teman bermain sangat terasa. Tapi tak ada pilihan lain, sebagai abdi negara ayah-ayah mereka memang harus siap ditempatkan di mana saja.

Bagi kami yang saat itu usia anak-anak, tercabutnya pertemanan masa kecil membuat sesuatu ada yang kurang. Saat bermain sepak bola, jumlahnya tidak lagi sama. Saat bermain mobil-mobilan, mobil si A tidak ada lagi. Dan banyak lagi pengalaman lainnya.

Kini saya adalah orang tua dari dua anak. Dan karena sifat lokasi dan jenis pekerjaan kami yang memungkinkan pindah dengan berbagai alasan, maka perpindahan lokasi kerja adalah sebuah hal yang normal.

Kejadian perpindahan kerja orang tua sering diikuti dengan kepindahan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak.

Dan kejadian itu berulang bahkan berulang-ulang. Teman anak-anak kami pun satu persatu berpindah, bukan hanya dari satu kota ke kota lainnya, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Ada yang tetap di Midle East, ada yang ke Malaysia, Singapura serta beberapa negara lainnya dan ada yang kembali ke Indonesia.

Entah apa perasaan anak-anak kami. Namun saya kadang mendapat pertanyaan, kenapa temannya tidak kembali lagi ke Qatar? Kenapa kita kita tidak ikut pindah? Dan beberapa pertanyaan lain. Sama seperti jawaban yang saya terima, maka jawab yang saya berikan pun sejenis, walaupun tak sama.


Tentara, polisi, diplomat, perbankan, asuransi, kedokteran, wartawan dan profesi lainnya mungkin mengalami hal yang sama, berpindah dari satu kota ke kota lainnya atau bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Semua dengan satu alasan, Menjalankan Tugas.

1 comment:

You're welcome, drop your comments here...

Note: Only a member of this blog may post a comment.