Monday, July 23, 2007

Trick, Deceit, Fraud. (Post 2 of 2)

Dua pengamen cilik bermain di Bundaran Hotel Indonesia.

Berbeda dengan Watini yang hidupnya terasa masih gelap, Jaya justru baru saja mendapat pencerahan. Sekitar dua tahun lalu, ia dan kelompok pengamennya didatangi Natalie Erin, orang Kanada yang sering membantu anak-anak jalanan.
Jaya diajak tinggal di yayasan milik Natalie dan diajari kehidupan ala "rumahan" dan bersekolah. Jaya kini sudah terbiasa mandi rutin, tidur malam, bahkan kursus montir mobil dan belajar bahasa Inggris. "I am seventeen years old, you can call Jaya," katanya memamerkan kemampuan barunya. Ia baru saja menyelesaikan kursus bahasa Inggris tingkat elementary II. Semua kursus keterampilan dan kejar paket setara pendidikan formal dibiayai oleh yayasan. Bersamanya ada sekitar 15 anak jalanan lain yang turut aktif di yayasan.
Jaya tidak meninggalkan pekerjaan rutinnya sebagai pengamen. Namun, kini ia memiliki kesibukan baru, yaitu menjadi pemimpin redaksi (pemred). Ya, Pemred Dekkil Pos, buletin bulanan empat halaman yang digawangi oleh anak-anak jalanan di Jakarta Center for Street Children (JCSC). Di Dekkil Pos, Jaya sebagai pemred dibantu Wito sebagai redaktur, dan Dani, Alan, Ijul, serta Yanto sebagai reporter. Perkara tulis-menulis layaknya wartawan ini sudah dilakoni kelompok remaja jalanan ini sejak Januari 2006. Dalam buletin ini muncul cerita keseharian anak-anak jalanan, seperti kebiasaan merokok bersama-sama, satu batang diisap bergilir menandakan persahabatan dalam satu kelompok tertentu. Rata-rata dalam satu hari, berdasarkan survei Dekkil Pos, setiap anak dapat merokok satu hingga 12 batang per hari. Bukan cuma masalah rokok, dalam tulisan tim Dekkil Pos terungkap betapa tanpa pendidikan, buta huruf yang menjangkiti sebagian besar anak jalanan menyebabkan mereka tidak mengerti arti hidup sehat. Setiap penghuni tetap jalanan dari bayi hingga orang tua rata-rata terkena penyakit gatal-gatal. Solusi sementara saat ini adalah membiarkan mereka dengan profesinya masing-masing. Namun, ada pendampingan, yaitu berupa sekolah nonformal mengikuti pola harian mereka yang tidak terjadwal.
Sumber di kutip dari sini

Trick, Deceit, Fraud (Post 1 of 2)

Dua pengamen cilik bermain di Bundaran Hotel
Anak JalananAntara Ditipu dan Menipu... Telah kulihat betapa malang anak jalanan. Setiap hari kerja cari uang. Demi masa depan. Demi cita-cita Wasjayakirana (17) melantunkan lagu tersebut diiringi dengan petikan gitar yang dimainkannya sendiri. Lagu itu yang dinyanyikannya setiap hari di perempatan-perempatan lampumerah, di atas bus
kota, ketika ia sedang sendiri, atau saat bersama teman-teman sesama pengamen jalanan.
Saya baru berumur tujuh tahun saat dibawa ibu ke Jakarta. Waktu itu kami berenam, ibu, saya, dan empat kakak-kakak saya. Begitu sampai di Jakarta, ternyata janji teman-teman ibu untuk memberikan pekerjaan tak ada yang ditepati. Kami sekeluarga terdampar di kawasan uningan. Ibu jadi pengemis dan kami menghuni kolong jembatan layang Kuningan," kata Jaya, panggilan akrab Wasjayakirana, Sabtu (14/7).

Jaya merupakan salah satu dari ribuan anak jalanan di Jakarta. Saat ditemui Sabtu lalu, Jaya sedang berada di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Ia datang ke Tugu Proklamasi setelah mendengar di tempat itu sedang diadakan Festival Budaya dan Temu Rasa Anak Pinggiran Merdeka se-Jabodetabek, 13-15 Juli. Ia terlihat bosan melihat acara melukis bersama anak jalanan dan acara-acara lain yang diselenggarakan panitia. Ia pun memilih kembali bermain gitar bersama 3-4 temannya. Selama ini, mereka hidup tidak menentu dan sering menginap di
jalanan, khususnya di kawasan Guntur, Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Jaya bertutur, ia masih dalam kandungan ketika ayahnya, buruh tani bawang merah di Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah, meninggal. Ibunya meneruskan pekerjaan sebagai buruh tani sampai akhirnya terbuai mimpi meraih kekayaan di Ibu Kota.
Selama dua tahun pertama di Jakarta, mengawali kehidupan buruk terpaksa dijalaninya. Sejak umur tujuh tahun itu, ia adalah anak sekaligus aset dan alat mencari uang bagi keluarganya. Sebenarnya, nasib sama dialami keempat saudaranya dan juga ibunya. Di kolong jembatan itu, Jaya belajar mengamen. Dari hanya berbekal tepukan tangan, kaleng berisi pasir yang dikocok-kocok, hingga gitar kecil. Berhari-hari ia berkeliling Jakarta ikut bus hingga ke Pulo Gadung dan penjuru Ibu Kota dan tidak pulang ke ibunya. Kemarahan terus menggantung di hati dan otaknya, tidak dapat menerima kehidupan buruk itu.
Tepat ketika ibunya merasa mampu menyewa rumah petak kecil di tengah perumahan kumuh di Setiabudi, Jaya justru memutuskan lari dari keluarganya. Ia menyatu dengan teman- teman
pengamen di Guntur. Di sini, ia berjumpa dengan anak pelarian asal Palembang, Medan, orang-orang dari kampung asalnya, termasuk dari Indramayu hingga Serang, Banten, juga cukup banyak dan mendominasi kelompok Guntur. Komposisi seperti itu juga dilihatnya dalam kelompok-kelompok anak jalanan lain di Jakarta.
Ia berumur 10 tahun waktu itu, dan selama lima tahun berikutnya tidak pernah berjumpa dengan keluarganya. "Benar-benar hidup di jalanan. Tidak jelas. Setiap hari mengamen, merokok, ditipu orang, menipu orang, dan mencopet. Hampir semua hal-hal buruk pernah saya lakukan. Jadi korban dan jadi pelaku," kata Jaya.

Ia dan teman-temanya berulang kali ditangkap petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mereka biasanya dibawa paksa ke panti sosial di Kedoya, Jakarta Barat. Di panti ini, jika masuk dengan pakaian lengkap plus sepatu, dipastikan keluar hanya dengan kaus dalam dan sandal jepit.
Menurut Jaya, selain diperlakukan kasar oleh petugas panti, ia juga harus menghadapi preman-preman sesama anak jalanan yang sering merampas uang dan barang berharga lainnya milik
penghuni panti. Ia jadi terbiasa menerima pukulan di kepala, dada, perut, dan kaki. "Petugas panti pernah memberi nomor telepon dan menyuruh menghubungi jika ada kejadian apa-apa
saat di jalan. Namun, saat saya dirampok dan dipukuli orang di Senen, mereka tidak pernah
datang menolong. Saya bosan dengan janji-janji mau diselamatkan," kata Jaya.
Perlakuan kasar tidak berhenti di pemukulan atau perampasan saja. Meski tidak mengatakan dirinya juga korban, tetapi anak laki-laki di jalanan juga tidak luput dari obyek perilaku seks menyimpang. Terutama bagi anak jalanan perempuan, kekerasan seksual adalah hal yang biasa. "Saya berumur delapan tahun saat dibawa oleh om-om yang ketemu di jalan di Tanah Abang. Itu pertama kali saya mengalaminya. Jijik sekali dan takut. Mau lapor, lapor ke mana?" kata Watini (14). Watini tampak seperti gadis remaja umumnya. Wajahnya ceria dan aksesori gelang plastik warna biru menghiasi pergelangan tangan kiri. Kalung warna senada melingkar di lehernya. Di balik pakaian lusuhnya, ia masih bisa tersenyum manis. Watini tidak mampu menghitung, tetapi bukan sekali itu saja ia mendapat perlakuan tidak senonoh. Dalam sehari, minimal ia harus menerima colekan iseng sopir mikrolet, pemulung, atau sesama teman
pengamen. Perempuan kecil ini kini memilih berkumpul dengan orang-orang yang telah ia akrabi dengan harapan akan lebih aman dan terlindungi.
Ia mengaku tidak tahu dari mana asalnya. Seingatnya, ia sudah menggelandang di sekitar Tanah Abang sejak kecil. Hanya ada ibunya dan seorang adik laki-laki yang kini berusia lima tahun. Mereka bertiga kadang bersama-sama mengemis dan mengamen. Ia belum pernah bersekolah dan buta huruf. Ia tidak tahu akan seperti apa hidupnya nanti. Saat ditanya cita-citanya, ia hanya ingin punya uang banyak dan sewa rumah sendiri.
Tulisan dikutip dari sini

Friday, July 20, 2007

What Women Want

Bagi pria, untuk mengerti 100% keinginan wanita sangatlah sulit, sampai-sampai Jin dalam cerita Aladdin pun menyerah.

Entah dari mana cerita ini berawal, tapi begini ceritanya....

Siang itu seorang pria menemukan sebuah botol tertutup yang berisi jin, dengan maksud ingin membebaskan si jin, maka botol itu diguncang-guncangkan lalu tutupnya dibuka, sesaat kemudian keluarlah asap disertai keluarnya si jin.

Bukannya senang, jin malah marah-marah,

Jin : "Kamu adalah orang ke-enam yang menggangu tidur saya, kamu pasti mau hadiah kan? cepat sebutkan permintaan kamu, satu permintaan saja!!?

Pria : "Koq satu, biasanya tiga permintaan..."

Jin : "Tidak, satu saja, karena kamu telah mengganggu tidur saya, cepat katakan"

Pria : "Saya ingin tuan jin mebuatkan jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan pulau kalimantan"

Jin : "Wah terlalu sulit, berapa banyak saya harus menancapkan pilar di bawah laut untuk menopang jembatan itu, ganti yang lain"

Pria : "Baiklah, Saya ingin punya kemampuan mengerti semua hal tentang perasaan dan keinginan wanita."

Jin : (Jin berfikir beberapa lama) "Kamu ingin jembatan itu dua atau empat jalur?"

Love Of A Lifetime

Ada saja cara seseorang mengungkapkan cinta, beda-beda, unik dan menarik. Tentang hasil bisa suka atau duka.

Saya ingat saat sekolah setingkat SMP dan SMA dulu. Memperhatikan teman-teman menyatakan rasa cinta pada targetnya, membuat saya (setelah bebarapa tahun kemudian) tersenyum.

Entah apa istilahnya saat ini, tapi di masa saya muda dulu, istilahnya "nembak".

Cara "nembak" ini yang menurut saya menarik.

Saat SMP dulu, teman sekelas yang memang punya tampang cukup tampan. Sering "nembak" cewek seangkatan atau adik kelas dengan ngomong langsung. Heran juga saat itu, cowok 12-13 tahun sudah bisa menyatakan rasa cinta secara langsung bertatap muka dan runut pula, sebuah Skill yang jarang dimiliki pria seusianya.

Kebanyakan pria seusianya, menyatakan cinta dengan cara tidak langsung. Misal, lewat surat dan ini yang paling banyak dilakukan dari dulu dan mungkin hingga sekarang, lalu ada lagi dengan cara pinjam buku lalu saat dikembalikan diselipkan surat atau kartu sebagai ungkapan rasa cintanya, isinya bisa surat bertutur atau puisi.
Ada lagi yang semi langsung, maksudnya ngomong langsung tapi lewat telpon, hmmm, lumayan juga nyalinya, walaupun belum seberani yang face to face.

Lain nembak, lain pula cara menjawabanya. Biasanya cara menjawabnya akan sejenis dengan cara "nembaknya". Misal kalo "nembaknya" pake surat, maka ngejawabnya pun pake surat. Kalo "nembaknya" pake surat yang diselipin di buku, maka jawabannya pun lewat surat yang diselipin dibuku.

Tapi pernah saya dapat pengalaman unik. Ceritanya ada teman yang "nembak" cewek seangkatan. Intinya dia suka sama cewek itu, dan dalam surat itu-kabarnya-dia minta jawabannya dengan sebuah kode. Kode-nya: "Besok pagi saat berangkat sekolah, kalo misalnya nerima, kodenya rambut diikat. Kalo nolak, kodenya rambut digerai.

Begitu pagi datang, saat berangkat sekolah, si cewek ternyata rambutnya diikat, berarti diterima dong? Eiit nanti dulu, cerita-punya-cerita, sepulang sekolah mereka ketemuan, terus si cowok minta ketegasan kalo si cewek berarti nerima (muka si cowok pasti udah keliatan girang banget), mau tahu jawaban si cewek, "Maaf cinta lo gue tolak, gue pake iket rambut karena gue pengen aja, gerah!" Haaaaah....

Gambar diambil dari sini

Sunday, July 8, 2007

Love At First Sight

"Cinta datang karena sering bertemu, itu kata pepatah jawa. Tapi percayakah anda terhadap jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Jatuh cinta pada pandangan pertama adalah perasaan emosional seseorang yang merasakan jatuh cinta pada orang asing yang pertama kali ditemuinya.

Beberapa orang mengatakan percaya, lainnya tidak. Itupun dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang bilang, cowok biasanya percaya jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi cewek tidak. Alasannya, buat cowok asal si cewek cantik, menarik menawan hati, gampang deh jatuh cinta, tapi ya karena gampang datang, gampang pula perginya.

Kalo cewek gimana? Cewek agak susah, walaupun si cowok ganteng, kaya dan tenar, soal cinta nanti dulu, mereka butuh pengenalan sosok lebih dalam lagi, perasaannya udah ngerasa nyaman, baru deh jatuh cinta. Wah seperti pepatah jawa dong, jatuh cinta karena sering bertemu? Bener juga ya, patut di cari tuh alasannya, karena logika, iba atau terpaksa.

Tapi katanya, kalo cewek sampe bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, katanya itu ciri-ciri true love-nya, cinta sejatinya. Bener gak sih?

gambar diambil dari sini

Friday, July 6, 2007

Playing & Learning

Bermain dan belajar kabarnya harus seimbang, bahkan media yang dipilih untuk bermain dan belajar pun harus tepat.

Mungkin anda akan menertawakan saya, jika anda memiliki anak yang sudah dewasa dan sukses, terlalu banyak teori, itu yang mungkin anda katakan. Mungkin anda juga akan bertanya-tanya seperti apakah bermain dan belajar yang tepat untuk anak-anak, lebih spesifik lagi, anak anda.

Saya adalah seorang ayah yang baru menjadi orang tua, dari 2 anak yang masih 6 dan 3 tahun. Maka saya masih belajar. Pola pendidikan yang paling mudah ditiru adalah pola pendidikan yang didapat dari orang tua, apa yang sudah orang tua ajarkan maka itu yang akan diajarkan ke generasi setelahnya. Copy lalu Paste, katanya.

Cara lainnya adalah membaca buku, entah tentang tata cara mendidik anak atau biografi seorang tokoh berhasil, biasanya dalam biografi ini akan ada cara beliau mendidik anak pula. Atau media lainnya seperti TV, Suratkabar dan Internet. Saat ini banyak sekali fasilitas yang tersedia, tinggal media mana yang paling cocok untuk kita.

Menjaga keseimbangan bermain bagi seorang anak, bagi saya adalah bisa murni bermain dan dilain waktu murni belajar. Atau mencampurkan bermain dan belajar sekaligus.

Contoh bermain dan belajar sekaligus bisa dicontohkan seperi bermain Block, seperti yang sedang Jasmine mainkan. Apa yang dia bentuk di umurnya yang hampir 3 tahun memang sederhana, bisa lebih bagus atau lebih jelek dari teman seusianya. Tapi bagi saya yang lebih penting adalah kemauan dan kemampuannya, lambat laun akan terasah disini. Bahwa susunan yang tinggi akan lebih kuat jika ditopang dasar yang kuat adalah untuk mengasah kemampuannya, dan segera dihancurkan kembali segera setelah bentuk yang diinginkannya jadi lalu di photo dan menyusun kembali bentuk lain, adalah mencirikan kemauannya.

Oh ya, saya ingat ada pula ada yang mengatakan keseimbangan juga harus berlaku dalam menentukan media bermain. Menonton TV siaran anak-anak dan bersosialisai dengan temannya, keduanya bagian dari bermain dan belajar. Bahwa TV bisa menjadi media belajar dan bermain adalah benar, tapi cenderung pasif, anak hanya duduk dan menonton. Maka menyeimbangkannya dengan bersosialisai dengan teman sebayanya adalah langkah bijak agar anak-anak bisa belajar bersosialisai, mendengar dengan seksama, bertutur secara urut. Karena kemampuan bertutur secara urut pancaran fikiran yang tertata. Semoga bermanfaat.

Office Hours & Shopping Hours

"Keputusan memberlakukan jam kerja, sangat dipengaruhi cuaca. Ada beberapa pola jam kerja di Qatar, beberapa sangat berbeda dengan di Indonesia. Tempat belanja pun punya timing tersendiri di sini."

Sejauh saya tahu, ada beberapa pola jam kerja di Qatar. Pertama, untuk kerja sistem 2 atau 3 shift, untuk yang 2 shift, jam 06.00 s/d jam 18.00 lalu 07.00 s/d 19.00 dan untuk yang 3 shift, 06.00 - 14.00, 14.00 - 22.00, 22.00 - 06.00. Jam kerja ini biasanya berlaku untuk perusahaan industri yang berproduksi 24 jam.

Kedua, untuk jam kerja administratif seperti administrasi sebuah perusahaan, bank, pemerintahan dan lain-lain. Ada yang memakai pola 06.00 -14.00, atau 07.00 - 15.00.

Ketiga, dan ini yang paling berbeda dengan pola jam kantor di Indonesia, adalah pola kerja 08.00 - 12.00, lalu istirahat 12.00 - 16.00 dan dilanjut lagi 16.00 - 20.00. Pola ini biasanya berlaku untuk kantor yang melayani masyarakat secara langsung, misalnya, travel agent, bank, money changer. Ini juga berlaku untuk jasa konstruksi.

Keempat, untuk toko buku, dan toko di pasar juga melakukan jam kerja 08.00 - 13.00, lalu istirahat 13.00 - 16.00 dan buka kembali 16.00 - 22.00.

Kelima, Rumah makan punya pola tersendiri, biasanya untuk rumah makan memberlakukan jam buka 11.00 - 13.00, istirahat 13.00 - 16.00, buka lagi 16.00 - 20.00. Untuk KFC, Pizza Hut dan Mc Donald jam buka 10.00 - 01.00 dini hari, tapi banyak pula juice stall yang buka 24 jam.

Sedangkan Shopping Hours yang berlaku di sini, seperti carefour adalah 08.00 - 00.00 atau 01.00 dini hari. Jadi bagi anda yang doyan belanja, di hari libur anda bisa belanja sepuasnya di sini. Jangan takut, jam 20.45 pramuniaga atau operator audio tidak akan mengingatkan anda akan jam tutup.

Keputusan memberlakukan jam kerja, sangat dipengaruhi oleh pola cuaca dan kebiasaan setempat, dengan alasan yang kurang lebih bisa saya jelaskan sebagai bertikut:

06.00 - 14.00 : berbeda dengan pola umum sehingga bisa menghindari macet.

07.00 - 15.00 : jam kerja yang bayak berlaku di sini. Tidak ada alasan khusus.

08.00 - 12.00, 12.00 - 16.00, 16.00 - 20.00 : saat summer jam 12.00 - 14.00 temperatur di luar bisa berkisar 40-49 derajat Celcius, jadi jam yang tidak tepat untuk bepergian atau bekerja di luar ruangan. Dan kesempatan ini bisa dilakukan untuk jemput anak sekolah, makan siang, dan tidur siang. Begitu juga alasan yang sama berlaku untuk pola 08.00 -13.00, 13.00 - 16.00, 16.00 - 20.00 atau 22.00

08.00 - 01.00 : Kebiasaan orang-orang di Qatar adalah keluar sore hari dan kembali larut malam. Hal ini di dukung oleh suasana yang aman, walaupun di kehidupan malam, jarang sekali terjadi tindakan kejahatan.

Baby TV Channel

"Awalnya, saya berfikir, apasih yang bayi bisa pengaruhi. Sekarang, saya berfikir, seorang bayi, mempengaruhi seluruh anggota keluarga, termasuk orang dewasa."

Baby TV baru saya kenal beberapa bulan yang lalu, itu pun atas informasi istri, katanya dirumah bu anu ada siaran Baby TV. Dari informasi itu, saya search di receiver saya, dan ternyata ketemu.

Saya amati, acaranya benar-benar untuk bayi, mungkin 3 tahun ke bawah. Karena anak sulung saya yang berumur 6 tahun pun tidak menyukainya, ia lebih suka MBC 3 TV, yang memang pas dengan usianya.

Kembali ke Baby TV, siaran tanpa iklan, siaran untuk bayi, apa untungnya? Saya awalnya berfikir begitu. Seorang Bayi mana bisa mempengaruhi keluarganya. Lambat laun pendapat saya berubah. Bayi yang terlihat lemah itu menjadi dominan. Keinginannya untuk menonton Baby TV, tidak bisa ditolak, lagi pula kalau ditolak, orang dewasanya berarti tidak berfikir dan bertindak dewasa. Jadilah hampir sepanjang hari, Baby TV mendominasi pemandangan dan pendengaran kami.
Bahkan kakaknya yang lebih suka MBC 3 TV, yang siarannya untuk anak lebih besar karena berisi, film Power Rangers, Detectif Conan, Jacky Chan Kartun dll, rela mengalah. Sebuah pengorbanan yang bijak, bagi anak 6 tahun. Ia baru dapet giliran kalau ade nya tidur atau sibuk dengan aktifitas bermain lainnya.

Mengenai tanpa iklan, selalu saja ada pihak yang tetap memberi, tanpa ada imbalan materi apalagi keuntungan berlebih. Mungkin imbalan popularitas (sebatas pencantuman nama di akhir acara) sudah cukup baginya. Mungkin juga tanpa popularitas, asal bisa ikut memberikan sesuatu kepada orang lain, sudah cukup bagi mereka.

Thursday, July 5, 2007

Sorry, We Are Closed

Kami tutup sementara, penulis sedang berulang tahun, sedang merenung, evaluasi diri dan menyusun rencana jangka pendek, satu tahun kedepan. Mohon doa semoga apa yang sedang direncanakan berjalan sesuai dengan rencana dan keinginan.

Bagi yang masih berminat membaca blog ini, silahkan kembali besok jam berapa saja.

Sementara kami sarankan membaca blog tetangga sebelah saja dulu. Itupun kalau tetangga sebelah bikin blog.

Wednesday, July 4, 2007

The Author's Toolkit

"Do you love to write? Do you need to write?"

Apakah anda suka menulis? Apakah anda perlu menulis? Apakah menulis tidak akan mengancam kesehatan emosional anda? Pada kesehatan mental anda? Apakah akan tetap menulis walaupun tulisan anda tidak laku dijual? Bahkan tidak ada seorang pun yang bersedia membacanya?

Jika jawaban akan semua pertanyaan itu Ya maka tetaplah menulis, maka tetaplah curahkan ide-ide anda.

Itulah sepenggal paragraf yang bisa saya kutif dari buku "The Author's Toolkit" Karya Mary Embree. Hmm..., cukup menggugah semangat.

Monday, July 2, 2007

Untuk Kaka & Ade

"Rumah sekarang sepi, gak ada kaka sama ade, gak ada suara jam tangan power rangers, gak ada pertanyaan Kelapa? Saat cerita ini diposting, mungkin kaka sama ade sedang berada di wilayah udara Srilanka"

Gak akan cerita banyak tentang anak-anak, karena tadi malam baru saja saya antar mereka ke bandara, mereka mau liburan di Indonesia, saya baru menyusul mereka bulan depan. Kalau anda bertanya apa arti kelapa diatas, itu kata yang dipakai ade untuk kata Kenapa?

Mengenai cerita sepinya rumah tanpa anak, saya pernah dapet e-mail yang ceritanya begini.

Suatu saat seorang ibu mengeluh karena kedua anaknya selalu membuat berantakan rumah. Memang usia anaknya dalam tahap bermain, satu 7 tahun dan yang satunya 3 tahun.

Berkali-kali ia memarahi anak-anaknya, berkali-kali ia memberitahu anaknya.

Saking pusingnya ia coba berkonsultasi dengan seorang teman dekatnya, bagaimana mengatasi masalah ini. Maka disuruhnya si ibu itu memejamkan mata. Lalu di minta mengheningkan fikiran dan membayangkan rumah yang rapi, bersih dan wangi. Lalu diteruskan beberapa menit lagi untuk membayangkan rumah itu tetap rapi, berish dan wangi seolah-olah hal itu terjadi berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tapi dibalik kerapihan, kebersihan dan kewangian itu semua, si ibu tidak bisa melihat dan mendengar anak-anaknya?

Kemudian si ibu diminta untuk membayangkan hidup tanpa anak, bertahun-tahun. Perasaan si ibu mulai gamang, inikah yang saya cari dari semua ini, rumah rapi tapi tanpa anak-anak?

Setelah kejadian itu, si ibu sadar, bukan anak-anak yang harus berubah, tapi orang tualah yang harusnya berubah. Anak-anak tetaplah anak-anak. Orang tua hanya bisa menyediakan fasilitas, dan megarahkan perlahan-lahan tanpa paksaan tanpa cercaan.

Doha Fish Market

"Gimana ngomomgnya kalau mau nawar, hidup di Qatar, yang jual orang-orang asia selatan, jangan khawatir meskipun bahasa nasional bahasa arab, tapi bahasa inggris luas dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari"

Hari kamis yang lalu saya sengaja pagi-pagi pergi ke Fish Market-nya Doha, maaf, kalau saya pakai kata Pasar Ikan, itu tidak identik dengan nama yang dipergunakan di sini. Kebetulan si sulung ingin makan dengan udang, dan kebetulan si bungsu pun lahap jika makan dengan udang, saya pun lahap, istri saya? lahap dong, dan mereka tidak masuk kedalam cerita ini, karena mereka masih terlelap tidur.

Jam 5.30 pagi cukup terang di Doha saat Summer, mungkin anda bisa membayangkan jika adzan subuh pukul 03.15 maka pukul 5.30 sudah seterang apa?
Hari kamis bukanlah hari yang terlalu ramai di pasar. Karena libur resmi baru jatuh pada hari jumat dan sabtu, maka lihat-lihat dan tawar menawarpun agak leluasa. Tidak terlalu banyak yang bisa ditawar, paling hanya selisih 2-3 Qatar Riyal, tapi lumayan dibandingkan di supermarket yang tinggal tunjuk, timbang, bayar.

Penjual ikan di sini kebanyakan warga keturunan asia selatan, tapi katanya pemiliknya sih tetap orang Qatar-Qatari kami menyebut warga negara qatar. Dan jangan khawatir soal bahasa, penjual dan pembeli cukup bisa berinteraksi dalam bahasa inggris. Atau kalau kita bisa berbahasa arab, bahasa urdu, bahasa tamil lebih baik lagi.

Ada kejadian menarik juga hari itu. Setelah membeli beberapa kilo udang, kepiting dan cumi-cumi, saya pergi ke pasar sayur (pasar ikan dan pasar sayur berbeda gedung dan terpisah kurang lebih 100 meter). Interaksi awal dalam bahasa inggris, yang saya ajak bicara berpenampilan warga asia selatan. Biasanya penjual dengan tampang seperti saya akan ditanya, "are you philipino or indonesi?" (karena memang tampang pilipino dan indonesi (sebutan orang-orang untuk orang indonesia) mirip. Maka saya jawab Indonesi, maka segeralah ia menawarkan kangkung dan bayam (bukan dalam bahasa inggris, tapi dalam bahasa Indonesia).

Saya pikir hanya bayam, kangkung dan menghitung 1 s.d 10 dalam bahasa Indonesia yang ia bisa. Eh dia terus nanya-nanya gini:

Penjual sayur : "Kawan dari mana kawan, Jakarta?"
Saya :"Jakarta"
Penjual sayur :"Ini ada daun sawi, cabai, tomat bagus-bagus kawan"

dan seterusnya dan seterusnya ...

Wah selidik punya selidik, taunya dia keturunan asia selatan yang lama tinggal di Singapura.

Pengarang Buku & Pembajak Buku

"Ada seorang pencuri, masuk kedalam rumah seorang pengarang buku, setelah sempat melihat-lihat seputar rumah, dia menemukan sebuah kamar yang diberi kunci ekstra dan menurut logika dia, itulah kamar yang paling banyak menyimpan harta, kenyataannya?"

Pencuri itu berkeliling di dalam kamar yang telah berhasil ia jebol kuncinya. Tapi ia kecewa akan apa yang dilihatnya, hanya seperangkat komputer, tv dan audio set, jam dinding, sebungkus permen dan selebihnya hanyalah buku-buku ciptaanya, buku-buku biography tokoh yang disukai sang penulis, dan sebuah log book yang menceritakan perjalanan hidup sang penulis dari penulis pemula hingga sesukses saat ini.

Setelah ditimbang-timbang maka TV dan Audio Set-lah yang ia ambil, "gampang nge-jualnya, katanya".

Mencuri adalah perbuatan tercela, apapun alasannya, tapi....

Dari cerita ini, itulah tipe yang sering kita lakukan, cepat dan praktis tanpa peduli akan proses menjadi sukses itu sendiri.

Seandainya si pencuri mengambil buku-buku kisah sukses sang penulis dan komputer, lalu ia belajar, maka TV dan Audio set adalah hal yang kecil yang akan bisa dibeli, dari mencontoh keberhasilan sang penulis, dan kalau cukup punya hati ia bisa mengembalikan buku-buku itu dan komputer plus kerugian non materi lainnya.

Seandainya, sang penjarah toko (dulu) mengambil ilmu bagaimana cara sukses menjadi pemilik toko, maka penjarahan atas nama balas dendam, kecemburuan sosial atau apapun tidak akan pernah terjadi, dan sekarang mungkin sudah menjadi pemilik beberapa toko.

Stop membajak hasil kesuksesan orang lain, Jadilah sukses itu bagian dari kita dan berasal dari kita sendiri.

What Do You Do? How Do You Do?


What Do You Do? How Do You Do? Pertanyaan terbaik jika bertemu dengan orang sukses dan ingin menjadi sesukses mereka.

Saya ingin sekali mem-posting cerita ini. Hanya saja saya masih mencari keterkaitan paparan yang akan saya postingkan dengan sebuah cerita, entah berasal dari buku, film, cerpen atau apapun. Dan kebetulan keterkaitan itu datang dari Film Pursuit of Happyness (huruf y sengaja menggantika huruf i, simak cerita lengkapnya di film tersebut).

Cerita sukses seseorang bisa terinspirasi oleh apa saja, misalnya seorang anak yang melihat ayahnya yang dokter dan sukses, lalu terinspirasi menjadi dokter yang sukses pula. Misal lainnya, seorang A ingin memiliki kesuksesan seperti sahabatnya, artinya sahabatnya menjadi inspirasi si A untuk menjadi sukses.

Lantas bagaimana jika kita tidak memiliki tokoh yang diidolakan, dan kita benar-benar membutuhkan figur sukses itu. Maka lakukanlah pencarian melalui buku, film atau dunia nyata maksudnya pada kehidupan langsung tokoh sukses, bergabunglah dengan orang-orang sukses, dan tanyakan kepada mereka dua pertanyaan What Do You Do? dan How Do You Do?

Kalau saja tokoh sukses itu mau menjawab, berarti sebuah keberuntungan bagi keduanya, pertama beruntung bagi si penanya karena bisa meniru langkah suksesnya. Kedua bagi si tokoh sukses, kesuksesannya tidak hanya berhenti pada diri sendiri, sebuah langkah yang sangat mulia.