Saturday, August 30, 2008

Krisis Kreatifitas

Sadarkah kita saat melihat hasil karya orang lain yang lebih baik, bisa membuat dua akibat. Akibat pertama, kita ingin mencontoh sukses yang dialami oleh orang itu, dan ini akibat yang baik. Kedua, kita malah merasa tidak percaya diri untuk melanjutkan berkarya dijalur yang sama, dan ini akibat yang tidak baik.

Contoh dari kedua akibat itu bisa dilihat di sini.

Contoh pertama adalah contoh sukses Habiburahman El Shirazy dalam menulis novel bertemakan cinta, banyak ditiru oleh beberapa pengarang dalam cerpen atau novel mereka. Bukan saja judul dan tema novel itu saja, sampai-sampai nama pun di mirip-miripkan dengan tambahan El-xxxxx, padahal nama Indonesia jarang sekali yang menggunakan nama keluarga khas timur tengah tersebut. Dan tetap saja, karya "tiruan" ini masih ada pasar penggemarnya.

Contoh kedua adalah apa yang terjadi pada penulis Harry Tjahyono. Sekedar mengingatkan karya beliau diantaranya Naskah sinetron Si Doel Anak Sekolahan II, III dan IV. Harry Tjahyono, walaupun masih aktif menulis cerpen, naskah sinetron, tetepi beliau sejak tahun 1990-an berhenti menulis Novel setelah membaca novel karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut pengakuanya beliau merasa minder karena novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer sangat berkualitas.

Tentu saja ini bukan salah Pak Pramoedya Ananta Toer. Ini adalah masalah internal Pak Harry Tjahyono. Tapi bersykurlah, saat ini Pak Harry Tjahyono sudah mulai menulis novel lagi, dan sebentar lagi karya beliau berjudul Bagawad Gawat akan diterbitkan.

Saya juga kadang merasa begitu, membaca tulisan-tulisan blogger lain yang lebih dulu ada dan sukses, kadang berfikir, apa arti tulisan saya ini dibandingkan karya mereka? Nol besar.
Tapi jika saya terus memperbandingkan dengan mereka, lalu merasa rendah diri, maka saya akan berhenti menulis, dan kemudian saya tidak punya tambahan ilmu. Dan Nol besar saya akan menjadi Nol yang lebih besar.

Lalu yang saya lakukan adalah, saya tetap bangga dengan karya mereka, saya contoh bagaimana mereka menjadi sukses (bukan menjiplak tulisannya), lalu saya berusaha membuat sesuatu yang memiliki kekhasan, yang mudah-mudahan berguna bagi semuanya termasuk saya dan anda.

Selamat berkarya.

Wednesday, August 27, 2008

Qtel dan Indosat

PT Indosat Tbk mengganti empat orang komisarisnya dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar di gedung Indosat, Jakarta, Senin (25/8).

Sebanyak empat orang perwakilan dari STT, pemilik lama Indosat, yaitu Peter Seah Lim Huat (komisaris utama), Sio Tat Hiang (komisaris) Sum Soon Lim (komisaris) dan Lim Ah Doo (komisaris) kini tidak lagi menjabat posisi tersebut.

Keempat orang itu diganti oleh Sheikh Abdullah bin Mohammed bin Saud Al Thani, yang juga Chairman of The Board of Directors di Qatar Telecpm (Qtel) sebagai komisaris utama. Sedangkan pejabat komisaris yang baru adalah Rachmat Gobel (Direktur PT Gobel Indonesia), Dr Nasser Marafih (CEO Qtel) dan Michael Latimer yang saat ini menjabat sebagai EVP Orange menjadi komisaris independen.

Selain empat orang tersebut, kedudukan komisaris lainnya masih dipegang oleh pejabat lama. Mereka adalah Jarman, Rionald Silaban dan tiga komisaris independen lainnya yakni Setyanto P Sentosa, Soeprapto dan George Thia Peng Heok.

Usai pengumuman, Dirut Indosat Johnny Swandi Sjam mengatakan, perubahan komisaris tersebut terkait dengan surat dari pemegang saham Indosat Juni lalu. Namun perubahan yang diusulkan belum menyentuh pada manajemen. "Hingga saat ini belum ada usulan untuk mengganti direksi dari pihak pemilik saham," kata Johnny.

Friday, August 22, 2008

Best Stage

Pernahkan kita merasa, kita berada pada tahap terbaik hidup kita?

Jika anda sedang merasakannya, bersyukurlah, nikmatilah dan berbuatlah secara wajar, tidak perlu berlebihan. Dalam hal merayakannya maupun menyembunyikannya.

Bisnis anda sedang berada di atas target keuntungan yang diperkirakan, karier anda berada di puncak, tidak ada orang lain di atas anda kecuali pemilik modal.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menikmati kesuksesan itu. Diantaranya menghargai diri anda dengan sesuatu yang anda idam-idamkan sejak lama. Misal sudah lama anda ingin memiliki motor besar, dan saat ini keuangan anda setelah berhitung secara cermat memungkinkan untuk itu, maka lakukanlah, nikmatilah masa-masa emas itu. Bukan untuk berlebih-lebihan., tapi menghargai hasil kerja keras kita adalah hak kita.

Kita ingat seorang pemain bola, saat berhasil membuat goal, maka ia akan merayakannya, berlari, berteriak, berangkulan atau apapun dilakukan untuk mengekspresikan kegembiraannya.

Begitu pula kita. Menumpuk apa yang telah kita peroleh secara berlebihan, membuat kita seperti robot yang bekerja, simpan dan kemudian tak bisa menikmatinya, karena hanya bisa melihat angka-angka. Entah karena kemudian masa emas itu hilang atau secara fisik tidak mampu lagi menikmatinya.

Berapa banyak orang yang memiliki sesuatu tapi ia tidak bisa menikmatinya.

Seorang teman bercerita di awal usia 40-an ia mendapatkan posisi sangat baik di sebuah perusahaan dengan pendapatan sangat baik. Karena itu merupakan awal kesuksesannya, maka ia merasa harus menyimpan hampir semua pendapatannynya, bahkan ia berusaha melakukan bisnis untuk menambah percepatan pertumbuhan keuangannya, hanya sayangnya bisnis yang dilakukannya diluar kemampuannya, bahkan kontrol terhadap bisnis itupun sangat lemah, dan menyerahkan begitu saja bisnis itu pada salah satu “anggota keluarganya”.

Apa yang terjadi kemudian, bisnis itu ambruk tanpa ia tahu kenapa dan tak tahu bisa menyelamatkannya dari mana. Bahkan karena itu ia menjadi sangat benci dengan “anggota keluarganya” itu. Karena laporan yang ada semuanya seakan baik-baik saja, padahal bisnis itu dalam kehancuran. Baginya “anggota keluarga” itu hanyalah seorang penjilat, penipu dan pencuri masa keemasan dirinya.

Memang agak sulit di pahami, seseorang yang bisa sukses di satu sisi tapi gagal di sisi lain. Karena itu merupakan sebuah anugerah dan anjuran jika anda bisa melakukan penghargaan terhadap kesuksesan diri anda sendiri sebelum pihak lain mengambilnya.

Setelah kita sukses megarahkan pada kesuksesan, sebaiknya memang kita juga belajar mengarahkan diri kita untuk menjaga kesuksesan. Belajar Ilmu Finansial adalah keharusan. Bahkan mulailah berhitung masa pensiun di mana di saat itulah masa keemasan menurun bahkan menghilang dan saatnya kita menggunakan pundi-pundi yang kita dapatkan dan miliki dari masa kejayaan kita, untuk menopang kelanjutan hidup kita.

Semoga kesuksesan selalu menyertai kita.

Bila Cinta Landasan Pernikahan

Bila cinta landasan pernikahan........ maka banyak orang gagal landing.

Jika ibu tidak mencintai ayahmu, gak mungkin kamu lahir. (Dialog ” Ibu dan Gaia dalam Film GARASI).

Jamie Aditya bersedia menikahi Dewi Sandra karena Jamie Aditya ingin mendapatkan uang dari keluarga Dewi Sandra untuk keperluan operasi ibunya. (Penggalan cerita dalam Film XL Antara Aku Kau & Mak Erot).

Nadia bersedia menikah dengan Bambang karena desakan keluarga agar Nadia segera menikah. (Penggalan cerita film Otomatis Romantis).

Fachri menikahi Maria karena ingin “menyelamatkan nyawa” di saat kritis. (Penggalan Kisah Novel Ayat Ayat Cinta).

Hari pernikahan itu datang. Aku datang seumpama tawanan yang digiring ke tiang gantungan. Lalu duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa, tanpa cinta. Apa mau dikata, cinta adalah anugerah Tuhan yang tak bisa dipaksakan. Pesta meriah dengan bunyi empat grup rebana terasa konyol. Perasaan dan nuraniku benar-benar mati. (Penggalan kisah cerpen Pudarnya Pesona Cleopatra).

--**--

Berbagai cerita pernikahan yang timbul akibat dari sebuah alasan atau logika mungkin banyak terjadi dalam pernikahan. Selain alasan-alasan di atas tentu banyak sekali cerita lainnya. A menikahi B karena mereka sudah saling mengenal sejak usia sekolah dasar. C menikah dengan D karena D dikenal baik dan teman saat SMA. E menikahi F karena tampan dan banyak uang. G menikahi H karena usia G sudah mendekati 40. J menikahi K karena keluarga mendesak agar segera menikah. Dan lain sebagainya.

Lantas di manakah cinta itu berada jika pernikahan hanya berdasarkan logika baik dan buruk? Adakah cinta itu jika pernikahan langgeng karena mengerjakan perintah agama? Seberapa banyakkah pasangan yang menikah dan terlepas dari pertimbangan-pertimbangan baik dan buruk itu.

Membaca kisah cinta dalam novel karya Habiburahman El Shirazy seperti mengikuti kisah ideal seorang manusia yang menuju pernikahan karena si calon rajin sholat, hafal Al Quran dan baik tingkah lakunya, tidak pernah berbuat salah dan menyalahkan orang lain. Singkatnya ini adalah kisah cinta ideal untuk manusia luar biasa. Masih adakah manusia saat ini yang berperilaku seperti rasul dalam kehidupan rumah tangganya, yang tidak pernah membentak pada istri atau anak, yang tidak complain kalau makanan belum siap, rumah berantakan, anak nangis, dan seterusnya. Mungkinkah orang dengan kualitas seperti Aa Gym, Buya Ahmad Syafii Maarif, Gus Dur, Bapak Habib FPI bisa? Wallahualam.

Sedangkan membaca kisah cinta dalam novel karya Andrea Hirata, seperti mengikuti cerita cinta kebanyakan orang. Orang biasa. Mencintai karena perasaan merasa suka. Terlepas dari logika baik dan buruk. Cinta pada pandangan pertama. Kadang diabaikan. Kadang ditolak. Terlepas dari kriteria-kriteria. Intinya percaya pada perasaan. Lihatlah Ikal, yang terus mencari A Ling hingga ke Rusia. Indah rasanya bisa menjaga perasaan seperti itu, walaupun tidak tahu seperti apa A Ling saat ini. Cinta yang mungkin akhirnya tak berbalas. Mungkin sedih tapi itulah kondisi sebenarnya.

Saya tidak sedang membandingkan mana yang lebih baik dari dua kisah karya dua Novelis tersebut. Hanya saja sepertinya memang saat orang mulai dewasa, logika-logika, perhitungan-perhitungan, baik-buruk dan pertimbangan-pertimbangan banyak menentukan keputusan untuk menikahi seseorang. Bahkan untuk (akhirnya) tidak menikahi seseorang. Layaknya hitungan bisnis faktor untung rugi berlaku juga di pernikahan.

Lalu berapa orang yang masih percaya cinta pada pandangan pertama, berapa orang yang menikahi (type) laki-laki atau perempuan yang diharapkannya, berapa orang yang menikah karena CINTA.

Jika cinta landasan pernikahan, maka banyak orang gagal landing.

Wednesday, August 20, 2008

Sad Ending

Saya sebetulnya suka jika film berakhir sedih. Penjahat yang tidak tertangkap polisi, percintaan yang gagal, Super Hero yang akhirnya berhasil dikalahkan lawannya.

Maka dengan alasan itu, saya sangat suka film Runaway Bride, My Best Friend Wedding, dan terakhir adalah From Bandung With Love, Sebuah film Indonesia yang bercerita penghianatan yang disesalinya sejenak, kemudian hidup biasa lagi.

Maka ketika Film Beauty and The Beast dikisahkan mereka bersatu, bagi saya itu adalah sebuah Sad Ending bukan Happy Ending, Kenapa? Karena sebetulnya si Beauty mencintai The Beast ketika sedang menjadi The Beast bukan lelaki normal yang menjadi jelmaan berikutnya.

Terakhir yang saya fikir Sad Ending lagi adalah film Enchanted. Dalam film itu dikisahkan akhirnya Gisele menikah dengan pria "biasa", bukannya menikah dengan pangeran dari kerajaan Andalusia.

Dalam kehidupan normal apakah saya menyukai sad ending? Tentu tidak. Tidak mungkin rasanya bisa menikmati sesuatu yang selalu sedih, juga selalu senang. Seperti halnya menonton sebuah film dibioskop, Skenario hidup sudah dibuat, tinggal bagaimana kita menjalani hidup bagaikan lembar demi lembar rol film diputar, hingga potongan film terakhir. Di satu dua lembar film ada gores atau cacat jangan sampai jadi penyebab terputusnya cerita itu sendiri.

Ah cerita sedih. Tak mungkin menceritakannya di sini. Biasanya cerita sedih itu hanya terulur dalam fikiran sendiri. Terentang dalam benak. Dan terurai kemudian menguap seiring waktu berjalan. Tak mudah menceritakannya pada orang lain. Tak ada yang bisa dipercaya, menurut ajaran dari film-film mafia semisal God Father.

Cerita sedih tentang kisah cinta? Apalagi itu. Bagiku cinta adalah sebuah rahasia terbesar dalam hidup, entah sedih atau senang. Jangan harap dapat cerita cinta di sini. Lebih baik menengok curhatnya maia estianti di blognya kalau mau tau apa itu cerita cinta. Atau baca saja novel cinta idealis a la Kang Abik.

Maka ketika putri kupu-kupu bersayap ungu terduduk sedih, menatap kosong, tangan terjuntai tak terpedulikan. Air mata mungkin mengalir, antara air mata sedih dan marah silih berganti. Akupun bersedih. Wahai putri kupu-kupu bersayap ungu, tersenyumlah aku akan selalu ada bersamamu. Aku bisa ada di depanmu untuk menunjukanmu arah atau aku bisa saja dibelakangmu untuk mendukungmu, bisa juga aku berada di sampingmu yang akan menemanimu seiring langkah kaki mungilmu.

Tuesday, August 19, 2008

Monster Jalanan

Hampir saja saya memaki dalam hati, "Dasar supir truk!!"

Tapi untunglah sempat ditahan dan umpatan itu tidak jadi terucap, "ah masih banyak supir truck yang bisa mengemudi dengan baik, fikir saya"

Kadang image seseorang bisa dibentuk oleh perilaku orang lain dengan profesi sama.

Truck adalah kendaraan yang hampir seluruh badannya terbuat dari logam yang keras. Maka ketika ditambah dengan perilaku pengemudi yang seenaknya sendiri, jadilah sosok itu sesuatu yang menakutkan.

Belum lagi ditambah kebanggan seorang pengemudi jika berhasil menyusup dan membuat minggir "lawannya", bertambahlah julukannya menjadi monster jalanan yang menakutkan.

Sebetulnya siang itu jalanan tidak terlalu ramai. Hanya saja sebuah pick up berwarna putih yang tiba-tiba berpindah jalur dari jalur paling kiri ke jalur tengah, ditambah tanpa lampu sign membuat kaget pengemudi di sebelah kanannya.

Memang aturannya di sini kendaraan yang dari jalur kiri (jalur cepat), harus diberikan kesempatan terlebih dahulu, tapi ya semestinya tidak begitu saja memotong, tetap harus ada etika dan aturan bagaimana memotong jalan orang lain, kan?

Sunday, August 10, 2008

How Many Days Now?

Pagi itu, hanya beberapa orang saja yang lari pagi dan berolahraga lainnya di lapangan di depan Doha Airport. Namun banyaknya mobil yang parkir jelas tidak seimbang. Bahkan jika satu orang mengendarai satu mobil pun jumlahnya masih banyak mobil dari pada orangnya.

Tentu ini bukan kebetulan, karena ternyata setelah diamati, beberapa mobil sudah diparkir sebelum pagi menjelang, bahkan sebelum hari kemarin, atau mungkin beberapa minggu atau bulan sebelumnya.

Lihatlah buah karya kreatif orang-orang yang beraktifitas di sini. Sekedar menandai bahwa mobil itu sudah "tertidur" lama mereka menandai dengan tulisan "How Many Days Now?" Dilengkapi dengan tanggal mereka menandai.

15 Juli 2008. Itu adalah tanggal mereka menandai. Artinya saat saya mengambil gambar ini, sudah hampir satu bulan mobil itu terparkir disitu. Terpanggang panas matahari, tertutupi debu.

Dan lagi, ternyata ada ada beberapa mobil lagi yang berada dalam posisi yang kurang lebih sama, berbagai merek dan jenis mobil. Baru dan lama. Bukan hanya mobil tua yang dibiarkan mati, saya kira di sana juga terparkir sudah lama sekali BMW keluaran 2 tahun yang lalu, Honda Jazz berumur 1 tahun, Corolla 2008.

Dulu saya kurang percaya mendengar seorang teman, bahwa di Qatar orang memarkirkan, dan meninggalkan mobilnya begitu saja untuk alasan "parkir" atau "mogok". Setelah melihat dan mengamati sendiri ternyata hal itu adalah hal yang biasa. Bukan hanya diparkiran umum tetapi kadang di tengah gurun pasir, berhari-hari bahkan kadang berbulan-bulan.

Mungkin karena begitu amannya negara ini, mereka tahu, tidak akan ada yang dicuri atau dirusak. Kecuali kerusakan oleh panas matahari, debu dan arus listrik yang melemah.

Saya berharap temen-teman dari negara lain, juga Indonesia, akan bercerita yang sama tentang keamanan yang sangat menentramkan warganya, sehingga kita bisa memarkirkan kendaraan dengan rasa aman, tanpa perlu repot memasang alarm, sinyal GPS untuk mobil dan tidak takut kehilangan titik merah pada tulisan Jazz di Honda Jazz. Ditunggu.

Laskar Kuning


Posisi matahari kira-kira berada 45 derajat arah timur, seorang bapak berseragam kuning berada di atas pemisah jalan. Ditangannya tergenggam sikat pembersih bergagang dan alat penampung sampah portable. Berjalan dari satu ujung ke ujung lainnya, mengayunkan tangan memasukan potongan kertas atau plastik yang satu atau dua tercecer di jalanan, terkadang sikatnya menggosok jalan dengan kuatnya, bahkan terkadang ia berjongkok.

Memperhatikan apa yang dilakukannnya, bapak yang satu ini sangat serius menjalani profesinya. Entah apa yang ada dalam benak fikiran bapak yang berasal dari asia selatan ini. Di antara hilir mudik kendaraan ia tetap saja serius melakukan pekerjaanya. Tak peduli orang lain, termasuk saya memperhatikannya, bahkan mengambil fotonya.

Baru saja, sebelumnya ia melewati tempat saya duduk, dan sejenak ia melihat-mungkin tanpa memperhatikan-ke arah saya.

Ketika tiba-tiba saya lihat ia sudah berada di tengah jalan, itu membuktikan bahwa ia memang sangat gesit menjalani profesinya.

QClean. Itu perusahaan tempat si Bapak bekerja. Tak sempat kami bertegur sapa atau sekedar beramah tamah. Ia terlalu sibuk menjalani profesinya. Sehingga saya tak tahu sudah berapa lama ia bekerja diperusahaan itu. Perusahaan yang sangat profesional menjaga kebersihan lingkungan di seluruh Qatar. Sampai-sampai entah berapa kali dalam seminggu, ada petugas yang membersihkan pinggiran jalan di tengah gurun. Tetap dengan seragam kuningnya.

Profesi sebagai seorang pembersih dan penjaga kebersihan lingkungan, mengingatkan saya pada seorang penjaga kebersihan Mesjid Nabawi di Madinah KSA. Ia bercerita yang ia lakukan adalah selain mencari nafkah adalah beribadah, karena sudah membersihkan mesjid, sekaligus membantu kelancara ibadah para jamaah mesjid. Sehingga ia ikhlas dan rajin dalam bekerja, ada atau tidak ada supervisornya.

Lalu apa yang ada dalam fikiran bapak yang dari QClean ini? Karena baginya kadang bekerja sendiri, tanpa Supervisor pasti, namun tak hnya itu, ia pun bekerja tanpa partner. Polisi pun dipasangkan dengan parternya dama bertugas, setidaknya itulah yang saya lihat di film-film. Artinya menurut saya, penghayatan tugas dan pelaksanaan tugas sesuai profesi yang ia lakuakan dengan sungguh-sungguh bisa merupakan "pendidikan jalanan" bagi kita untuk bersunguh-sungguh melaksanakan tugas sesuai profesi kita, ada atau tidak ada pengawas.