Monday, July 2, 2007

Doha Fish Market

"Gimana ngomomgnya kalau mau nawar, hidup di Qatar, yang jual orang-orang asia selatan, jangan khawatir meskipun bahasa nasional bahasa arab, tapi bahasa inggris luas dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari"

Hari kamis yang lalu saya sengaja pagi-pagi pergi ke Fish Market-nya Doha, maaf, kalau saya pakai kata Pasar Ikan, itu tidak identik dengan nama yang dipergunakan di sini. Kebetulan si sulung ingin makan dengan udang, dan kebetulan si bungsu pun lahap jika makan dengan udang, saya pun lahap, istri saya? lahap dong, dan mereka tidak masuk kedalam cerita ini, karena mereka masih terlelap tidur.

Jam 5.30 pagi cukup terang di Doha saat Summer, mungkin anda bisa membayangkan jika adzan subuh pukul 03.15 maka pukul 5.30 sudah seterang apa?
Hari kamis bukanlah hari yang terlalu ramai di pasar. Karena libur resmi baru jatuh pada hari jumat dan sabtu, maka lihat-lihat dan tawar menawarpun agak leluasa. Tidak terlalu banyak yang bisa ditawar, paling hanya selisih 2-3 Qatar Riyal, tapi lumayan dibandingkan di supermarket yang tinggal tunjuk, timbang, bayar.

Penjual ikan di sini kebanyakan warga keturunan asia selatan, tapi katanya pemiliknya sih tetap orang Qatar-Qatari kami menyebut warga negara qatar. Dan jangan khawatir soal bahasa, penjual dan pembeli cukup bisa berinteraksi dalam bahasa inggris. Atau kalau kita bisa berbahasa arab, bahasa urdu, bahasa tamil lebih baik lagi.

Ada kejadian menarik juga hari itu. Setelah membeli beberapa kilo udang, kepiting dan cumi-cumi, saya pergi ke pasar sayur (pasar ikan dan pasar sayur berbeda gedung dan terpisah kurang lebih 100 meter). Interaksi awal dalam bahasa inggris, yang saya ajak bicara berpenampilan warga asia selatan. Biasanya penjual dengan tampang seperti saya akan ditanya, "are you philipino or indonesi?" (karena memang tampang pilipino dan indonesi (sebutan orang-orang untuk orang indonesia) mirip. Maka saya jawab Indonesi, maka segeralah ia menawarkan kangkung dan bayam (bukan dalam bahasa inggris, tapi dalam bahasa Indonesia).

Saya pikir hanya bayam, kangkung dan menghitung 1 s.d 10 dalam bahasa Indonesia yang ia bisa. Eh dia terus nanya-nanya gini:

Penjual sayur : "Kawan dari mana kawan, Jakarta?"
Saya :"Jakarta"
Penjual sayur :"Ini ada daun sawi, cabai, tomat bagus-bagus kawan"

dan seterusnya dan seterusnya ...

Wah selidik punya selidik, taunya dia keturunan asia selatan yang lama tinggal di Singapura.

No comments:

Post a Comment

You're welcome, drop your comments here...

Note: Only a member of this blog may post a comment.