Friday, July 18, 2008

Made In Indonesia

Diantara gempuran produk tekstil China dan India, ternyata Indonesia masih bisa unggul di antara kedua negara tersebut.

Bagaimana rasanya melihat produk Indonesia dipakai dan dipasarkan di luar negeri, bangga tentu saja. Sama bangganya dengan menjadi warga negara Indonesia itu sendiri. Termasuk bangga dengan kelebihan dan kekurangannya. Ah, patriotik sekali rasanya.

Hari rabu kemarin 16 Juli 2008. Di antara hingar bingar acara pertunjukan akrobatik, di antara lalu-lalang pengunjung, di antara gemerlapnya lampu pusat perbelanjaan City Center Doha, mata saya tertarik pada sebuah logo sebuah produk tekstil, bertuliskan Made in Indonesia.

Bukan pada gulungan kain yang dijual pedagang, juga bukan pada baju yang dipajang di etalase. Kain berwarna hitam tersebut digunakan sebagai penutup ruang ganti pakaian pemain akrobat. Jumlahnya pun tidaklah banyak, sekedar menambah fungsi penutup pada sudut-sudut kayu tripleks yang memungkinkan celah-celah yang tidak diinginkan.

Tapi tak apalah, walaupun sedikit dan tidak dominan namun saya masih mampu melihat dan memperhatikannya. Perhatian saya jauh lebih tertarik pada logo Made in Indonesia yang mulai pupus daripada terhadap pemain akrobat wanita (yang ini pasti made in china) yang terlihat di foto itu. Masih patriotik kan saya?

Entah bagaimana caranya kain itu bisa dipakai mereka. Karena kabarnya, usaha tekstil di tanah air sedang meredup, seiring gempuran produk tekstil China. Apalagi di Qatar sini, produk tekstil dari India mendominasi pasaran. Maklumlah India dan konglomerat Sir Tata memang memiliki jaringan pemasaran yang sangat luas. Bahkan di Indonesia sendiri banyak keturunan India yang memiliki pabrik dan toko tekstil.

Kembali ke tulisan Made in Indonesia. Jika produk itu berada di toko yang menjual peralatan dan segala hal yang made in Indonesia, mungkin wajar saja. Seperti halnya di Saudi-tepatnya di Mekkah-di sana ada toko Bandung dan Puncak Sumatra yang menjual segala hal buatan Indonesia, dari mulai ikan asin, kerupuk, kecap, cobek batu, tempe, tahu, rempeyek hingga VCD bajakan (psst..., yang terakhir jangan bilang-bilang ya). Dan di Doha pun ada toko semacam ini, toko Qatindo dan Jakarta. Tapi jika berada di negeri asing dan digunakan oleh warga asing ini baru produk yang mampu bersaing.

Dengan bukti adanya produk tekstil yang ada di negara asing dan digunakan oleh warga asing. Mudah-mudahan ini menjadi gambaran bahwa produk tekstil Indonesia tidak sedang kepayahan, seperti kabarnya terjadi pada perusahaan sandang milik pemerintah. Semoga.

1 comment:

  1. Ternyata rasa nasionalismenya gak perlu diragukan lagi,..untuk toko Bandung masih perlu ditambahkan lagi tuh...disana sedia juga "ROKOK INDONESIA", walaupun ngasihinnya mesti sembunyi-sembunyi saat aku beli beberapa bungkus.....yang pasti aku masih cinta produk Indonesia....sampai Mekkah pun aku cari....Jie Sam SOE emang tiada duanya di dunia....

    ReplyDelete

You're welcome, drop your comments here...

Note: Only a member of this blog may post a comment.