Sunday, March 4, 2007

Menangkap Peluang



What can happen will happen. Segala yang bisa terjadi memang sangat mungkin akan terjadi. Karena itu, setiap kemungkinan dan peluang perlu dicoba secara sungguh-sungguh. Kehadiran berbagai penawaran kerja di Qatar di tengah-tengah tenaga kerja yang gamang menggapai perbaikan hidup di masa depannya, adalah sebuah peluang.


Dalam sistem manajemen Louis Allen, diajarkan teori tentang probability dan seriousness dalam mempertimbangkan sebuah peluang. Kalau probability-nya besar sedangkan seriousness-nya kecil, maka orang tidak perlu ragu menjalankan rencananya. Misalnya, saat mudik dari Jakarta akan berkendaraan ke Cirebon. Salah satu probability-nya adalah bahwa kita akan mengalami kekempisan ban. Tetapi ban kempis adalah soal yang tidak serius kalau memang sudah kita antisipasi. Karenanya, kekhawatiran akan ban kempis tidak perlu menghambat keberangkatan kita ke Cirebon.


Tetapi peluang memang tidak dapat dilihat oleh setiap orang. Banyak orang menganggap bahwa peluang adalah sesuatu yang tidak nyata-intangible. Padahal Edward de Bono bilang bahwa, an opportunity is as real an ingredient in business as raw material, labour or finance-but only exist when you can see it.


Sebelum menjadi eksisten, setiap keberhasilan yang kita lihat sekarang dulunya hanyalah sebuah peluang yang tampak oleh seseorang. Orang-orang mungkin berpikir bahwa peluang sama dengan angan-angan (wishful thinking). Bedanya hanya satu; peluang menjanjikan kemungkinan, angan-angan tidak.


Tinggal semuanya terserah kita, mau menangkap peluang itu dengan jaring sarat probability atau akan melepaskan begitu saja dengan kedua tangan yang masih gamang menggapai-gapai masa depan!

No comments:

Post a Comment

You're welcome, drop your comments here...

Note: Only a member of this blog may post a comment.