Saturday, June 7, 2008

Aku & Mimpiku : "Bertemu Sarah Sechan"

Siang itu, belasan tahun yang lalu, berulangkali aku menggerakan tangan untuk membuka halaman demi halaman dan lalu kembali kehalaman yang sama, dan itu-itu saja, untuk membaca hasil wawancara khusus majalah Hai dengan Sarah Sechan.

Waktu itu umurku masih belasan. Sarah Secahan juga berumur sama denganku saat itu. Dan tentu saja umur kami tetap sama hingga saat ini. Secara pribadi kami tidak saling kenal. Tapi satu hal yang pasti aku mengenalnya-karena ia model saat itu- dan ia tidak mengenalku sama sekali, bahkan mendengar namaku pun pasti belum pernah.

Aku semakin kagum, dengan membaca dan terus membaca hasil wawancara itu, aku semakin merasa, ia, seorang remaja cerdas, punya sikap dan walaupun ia cantik, ia tidak merasa dirinya cantik. Ia bahkan mengidentikan dirinya sebagai wanita dengan jidat nonong, mata belo dan bibir jeding.

Kekagumanku padanya jelas bukan sekedar kekaguman seorang penggemar dengan sang idola, karena parasnya, tapi jauh dari itu. Bahwa ia cantik dan menarik, itu adalah anugerah dari tuhan, “tanpa melakukan apapun” ia toh memang dilahirkan cantik. Kekagumanku berawal dari obsesi masa kecilku.

Obsesi masa kecilku adalah aku bisa ikut program “Home Stay” sebuah program lembaga kursus ternama untuk memperdalam bahasa inggris, untuk memperdalam bahasa inggrisku. Dan hubungannya dengan Sarah Sechan adalah ia bersekolah dasar dan menengah di luar negeri dan pandai berbahasa inggris, ya.., sekolah di luar negeri yang berbahasa inggris adalah mimpiku sejak dulu.

Aku tahu mimpiku itu sangat sulit tercapai. Beasiswa hanya diberikan pada tingkat sarjana atau pasca sarjana, belum ada untuk tingkat sekolah dasar dan menengah waktu itu, lagi pula jika beasiswa itu ada, aku bukanlah anak pandai yang bisa dengan mudah mendapatkan beasiswa itu. Aku hanyalah orang kampung, yang untuk belajar bahasa inggris hanya bisa di dapat dari lembaga kursus kampung pula. Jauh dari penerapan komunikasi bahasa inggeris secara efektif. Hanya sekedar mengobral kemampuan guru mengingat 12 tensis yang ada. Dan anehnya metoda ini masih berjalan di lembaga-lembaga kursus hingga saat ini. Sebuah metoda yang hanya bisa menyelesaikan masalah untuk menjawab soal-soal ujian sekolah, tanpa bisa menjawab membuat mahir berbahasa inggris, inilah ujian dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya.

Dua hal yang aku tetap jaga dari mimpi itu.

Pertama aku ingin sekolah di luar negeri yang berbahasa inggris dan mahir berbahasa inggris. Sekarang aku berada di Qatar, sebuah negara arab dengan penggunaan bahasa inggris sangat luas. Di Universitas, di kantor pemerintah, di supermarket dan di hampir semua lahan kehidupan. Bahasa arab digunakan jika komunikasi berlangsung sesama suku arab. Dan walaupun aku tidak sedang sekolah, tapi sehari-hari aku berkomunikasi di pekerjaan dalam bahasa inggris. Tidak terlalu mahir, tapi menurut teman-teman di tempat kerjaku yang berasal dari beberapa negara, bahasa inggrisku tidak jelek-jelek amat. Dan keinginanku sekolah di sekolah berbahasa inggris telah di teruskan oleh anak-anakku, mereka bersekolah di sebuah sekolah British yang membuka cabangnya di Qatar, dan lengkapnya lagi, biaya sekolah dibiayai oleh perusahaan tempatku bekerja. Mimpiku untuk mendapatkan beasiswa dan bersekolah di sekolah berbahasa inggris, telah turun, menetes menjadi rizki yang diterima anakku, dan tentu rizki yang diterima seluruh anggota keluargaku.

Mimpi yang kedua adalah bertemu dengan Sarah Sechan. Entah apa yang akan kukatakan padanya jika saat seperti ini kelak menjadi kenyataan. Tentu bukan, “Hai kamu cantik”, atau “I Love You”, apalagi “Maukah kau menikah denganku?” Pasti bukan itu, itu hanya akan membuatku terlihat bodoh dan kampungan, lalu “bodyguard”-nya serta merta akan mengusirku, menyeretku lalu mencampakanku di tepi jalan, sebuah tindakan yang lebih sopan dibandingkan menyerahkanku pada polisi. Mungkin pertemuan satu menit itu, ya satu menit saja, cukup akan aku katakan padanya, “Terima kasih Sarah, dalam banyak hal, kau meng-inspirasiku”. Dan................................................................................”memang cantik, cantik sekali”

Aku & Mimpiku : "Keliling Jerman"

Stimulasi fikiran dan keinginan seringkali terasa aneh. Tanpa inspirasi dari manapun atau dari siapun kadang bisa saja muncul.

Beberapa belas tahun ini misalnya, aku terobsesi pada negara Jerman.

Aku menyukai benderanya, kombinasi warna hitam merah kuning jelas-jelas menggesar warna kesukaanku sebelumnya, biru. Yang lebih aku sukai dari Jerman adalah tim sepakbola bayern dan timnas jerman, entahlah ciri khas permainan yang indah yang diisi sebagian besar warga negara jerman itu, juga kaos tim yang gagah, membuatku tak rela jika permainan mereka terlewat begitu saja, apalagi kalah, gak sudi. Jika banyak orang condong ke italy atau ke england, aku tetap pada Jerman dan bayern.

Akhir-akhir ini keinginanku untuk belajar bahasa Jerman semakin menggebu-gebu. Aku merasa bahasa ini akan menolongku entah kapan di masa yang akan datang. Biasanya firasatku benar. Maka aku berkeliling Qatar untuk belajar bahasa ini atau sekedar belajar lewat internet. Sayangnya tanpa guru, belajar itu kuranglah efektif. Hanya beberapa kata saja yang bisa aku hafal. Membuat kalimat? Belum mampu.

Belum selesai dengan keinginanku yang terdahulu, letupan-letupan keinginan berkelana mengelilingi Jerman semakin terpercik. Aku berfikir, jika asumsi saya linear, yaitu jarak Qatar – Indonesia lebih jauh dibandingkan jarak Qatar – Germany, maka ongkos Qatar – Germany lebih murah. Dan akomodasi, saya berfikir di setiap negara ada hotel mahal dan ada hotel murah, maka hotel murah bisa menjadi pilihan, sekedar menambah jumlah hari tinggal dengan budget yang ada. Lalu makanan, saya mulai terbiasa makan sandwich, burger atau makanan lainnya sebagai pengganti nasi, fikirku tidak terlalu sulit menemukan makanan seperti itu di sana. Kegiatanku? jalan-jalan dari kota ke kota, dan nonton sepakbola dari stadion ke stadion, indah bukan?

Maka ketika suatu hari kelak, pesawat membawaku dan mendarat di bandara Frankfurt, lalu kaki telanjangku telah menginjak tanah Jerman dengan membentangkan tangan seperti orang yang hendak menerima pelukan aku akan teriak, “Jerman aku datang.....!”


Aku & Mimpiku : "Pemilik Agen Koran"

Di sebuah kota kecil di Jawa Barat, di pinggir jalan utama, di sebuah kios penjual koran, seorang pria kira-kira berumur 45 tahun, duduk menunggui dagangannya sambil membaca majalah kegemarannya.

Saat berkunjung, aku biasanya menyapanya, lalu menyalaminya dan menanyakan kabarnya. Jawaban akrab dengan senyum ramah ia menjawab dan balas menanyakan kabarku. Setelah itu aku dipersilahkannya melihat-lihat majalah atau koran yang aku sukai, dan ia melanjutkan bacaanya atau sibuk melayani pelanggannya atau penjual koran keliling yang berada dibawah ”asuhannya” yang ingin menyetor atau mengambil dagangan.

Ternyata tidak hanya orang-orang sukses dalam skala besar yang bisa menginspirasiku. Seperti bapak tadi menginspirasiku, suatu saat nanti, di masa pensiunku aku memiliki usaha agen koran. Lebih tepatnya bukan tempat usaha saja tapi tempat rekreasiku kelak.

Aku berharap masa pensiunku nanti tidak terlalu sibuk. Aku berharap ”tabunganku” cukup untuk menapaki masa pensiun dengan sang istri nanti, hingga sang kuasa memanggil kami.

Maka, satu dua usaha saja sudah cukup. Dan satu diantaranya adalah agen koran. Yang aku bayangkan adalah aku punya beberapa karyawan yang menerima kiriman koran dan majalah di pagi buta, mereka menatanya atau menditribusikannya kepada agen yang lebih kecil atau kepada penjual koran keliling, lalu aku dan istriku baru bergabung selepas shalat subuh dan sarapan.

Aku tidak akan memilih terjun bersama bagian distrubsi. Aku ingin bergabung dengan bagian penunggu kios yang menjual langsung koran dan majalah pada tangan pembaca. Sehingga aku bisa menunggui pembeli sambil membaca majalah reader’s digest atau majalah intisari, dua majalah kegemaranku. Sekali-kali bolehlah membaca komik Tom & Jerry atau Donald Duck, sehingga aku bisa tersenyum bahkan tertawa memperlihatkan gigiku yang mulai memiliki interval, berjarak satu sama lain.

Di sini aku juga bisa berinteraksi dengan pembeli, tidak hanya anak-anak SMA cantik yang membeli majalah remaja berhadiah poster artis idolanya tapi juga dengan politikus yang mencari bahan kampanye bermutu - tanpa mengobral janji, anggota polisi yang membeli koran kriminal - untuk segera menangkap pelakunya, anggota TNI yang membeli majalah strategi bertempur – agar menjadi prajurit unggulan, guru yang ingin meningkatkan pengetahuannya – agar muridnya bertambah cerdas, khatib yang mencari bahan khutbah untuk shalat jumat yang akan datang – agar jamaah menerapkan aturan agama secara benar atau pegawai negeri yang ingin mencari cara efektif dan efisien mengabdi pada masyarakat, tanpa korupsi.

Atau paling sial, aku bisa bertemu pembeli koran masak-memasak yang dulu pacarku. Entah memang berniat membeli koran atau berpura-pura membeli koran sekedar ingin bertemu dengan aku, bekas pacarnya yang dulu tampan, baik budi dan tidak sombong, jagoan lagi pula pintar. Nakal.

Sunday, June 1, 2008

Free bookmark

Untuk anda pembaca buku, Ini dia, beberapa pembatas buku yang bisa anda print di kertas tebal atau kertas foto. Sumber asli dari freebookmark.blogspot.com

Kepada pemilik freebookmark.blogspot.com saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf sekiranya tidak berkenan, mohon koreksi. Saya hanya sekedar membantu berbagi bookmark.

Neon Box

Saat kecil saya, saya terkagum-kagum dengan warna-warni dan keindahan neon box. Saat itu nama neon box belum saya ketahui. Baru beberapa tahun kemudian saya mengetahuinya, setelah mulai belajar english, tinggal menggabungkan dua kata dari bentuk benda itu, yaitu neon dan box, menjadi neon box, maka sejak itulah saya jadi tahu nama benda ini.

Kekaguman saya pada benda ini, kadang menjadikan saya seseorang yang bisa berlama-lama berada di pinggir jalan menikmati keindahannya. Mudah-mudahan ini bukan suatu gejala obsesif kompulsif, sebuah istilah yang saya sendiri kurang faham artinya.

Tempat tinggal saya di masa kecil yang berjarak 15 km dari pusat kota, membuat perjalanan pelesir ke kota adalah sebuah kegiatan yang memenuhi keinginanku menikmati neon box, bukan menikmati mesin games yang untuk memainkannya harus memasukan koin seratus rupiah.

Setelah sekian lama berjalan, menikmati keindahan dan keanekaragaman neon box masih saya lakukan hingga sekarang. Sekarang, saya yang tidak tinggal jauh dari kota bahkan tinggal di dalam kota itu sendiri, kadang sekedar berdiri atau sekedar duduk di dalam kendaraan yang diparkir dihadapan sebuah toko yang neon boxnya ingin saya amati, dan seringkali waktu 30 menit hingga 1 jam masih kukuh berada di tempat itu.

Ketika sempat berkunjung ke Jakarta, tepatnya ke Harco Mangga Dua setahun yang lalu, saya sempatkan melihat-lihat perkembangan neon box itu, salah satu hasilnya adalah seperti yang ada di atas tulisan ini, lainnya saya simpan sendiri. Indah, bahkan semakin indah neon box itu saat ini, bukan karena gambar wanita berbusana topless itu yang membuat inidah, tapi desainnya memang bernacam-macam, dan usaha kecilpun memiliki neon box saat ini.

Maka sayapun sempatkan untuk menanyakan harga pembuatan neon box pada produsennya yang juga merupakan biro iklan terkenal. Dalam hati bertekad, suatu saat saya ingin memesan neon box yang desainnya saya buat sendiri, sebesar mungkin, seindah mungkin walaupun hingga saat ini saya belum tahu untuk apa. Aneh......?

Important to Have Friends

Seorang teman, mengirimku gambar seperti yang bisa dilihat di samping.

Pentingnya memiliki banyak teman.

Banyak teman, itulah yang kadang banyak orang tidak miliki. Teman yang dalam kurun waktu lama tetap "bersama", tidak terhalang oleh jarak dan waktu.

"Tetap bersama" walaupun hanya melalui mailing groups. Tetap bersama walaupun hanya sekedar menyapa "apa kabar?" atau "Hai.." lalu bertukar foto diri dan keluarganya.

Betapa sulitnya menjaga itu, dengan alasan sibuk, jarak yang jauh dan berasumsi sendiri "merekapun tidak menginginkanku lagi..."

Sekilas, contoh gambar di samping memang bukan contoh yang baik dalam berteman, tapi tetap ada saja hikmah dibalik gambar-gambar itu, teman yang tetap berada dan membela kita disaat kesulitan, itu-lah sejatinya seorang teman.